Tuesday, June 17, 2008

Membaca Semesta Melalui Sekolah Alam

Hijaunya rerumputan dan rimbunnya pepohonan menyapa mata saat memasuki halaman sekolahalam minangkabau di Jalan Ujung Pandang No.11 kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Desain sekolah ditata asri untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, sedangkan halamannya cukup luas untuk tempat bermain dan dipenuhi beragam peralatan untuk mengasah keterampilan murid.

Di bagian selatan berdiri dangau yaitu bangunan kayu dua tingkat yang berfungsi sebagai kelas bagi murid sekolah dasar. Selain itu juga terdapat laboratorium hijau, kebun murid, dan tempat pembibitan tumbuhan. Di utara tampak laboratorium seni dan tempat pengolahan sampah. Adapun di bagian timur berdiri sederet bangunan yang berfungsi sebagai kantor, dua kelas taman kanak-kanak, perpustakaan, dan ruang komputer.

"Sekolah ini memanfaatkan alam sebagai fasilitas utama untuk belajar. sekolahalam minangkabau berusaha memanfaatkan alam sebagai media murah untuk berbagi ilmu karena alam dipercaya mampu memberi beragam inspirasi," kata Kepala sekolahalam minangkabau, Miya Maharani, kemarin.

Menurutnya, alam semesta menyediakan beragam sumber pengetahuan yang berlimpah. Konsep tersebut sebetulnya bukan merupakan hal baru. Masyarakat Minangkabau sejak dulu telah mengenal falsafah alam takambang jadi guru yaitu menjadikan alam sekitar sebagai sumber belajar utama.

Dengan konsep itu, sekolah ditata menggunakan bangunan semipermanen. Ruang kelas dibangun dari kayu, tanpa dinding dan kaca. Dengan begitu, diharapkan para murid sejak dini dapat menyatu dengan alam. Ruang kelas juga tidak menggunakan bangku atau meja. Guru, disebut juga fasilitator, belajar bersama murid secara lesehan. Semua yang ingin masuk ke kelas harus melepas alas kaki. Interior ruang kelas ditata menggunakan beragam barang bekas yang dapat diubah setiap saat sesuai dengan materi pembelajaran. Meski sedikit mahal daripada sekolah biasa, sekolahalam yang memiliki 47 murid itu tidak hanya dipenuhi anak dari kalangan berada.

Berbeda dengan kebanyakan sekolah umum, metodologi pembelajaran di sekolahalam minangkabau tidak menjadikan guru sebagai pusat belajar bagi siswa. Anak-anak diajar mencari dan mengolah sendiri berbagai hal yang disediakan alam sekitar untuk memperoleh ilmu.

Miya mengatakan, materi belajar dieksplorasi dari kurikulum formal yang diberikan Departemen Pendidikan Nasional. Metode belajar dan pembelajaran tingkat taman kanak-kanak disesuaikan dengan psikologi murid sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan pengalaman bermain dan bersosialisasi. Selanjutnya, murid sekolah dasar dirangsang pembelajaran kognitif dan fungsi motorik. Mereka dilatih mengaktifkan otak kanan dengan bermain dan mendengarkan musik karena dapat pula mengoptimalkan fungsi otak kiri seperti belajar membeca dan menulis.

Setiap pembelajaran dilakukan secra holistik yaitu satu pembelajaran mencakup beberapa materi pelajaran. Miya mencontohkan, murid yang diajar berkebun akan sekaligus memperoleh pelajaran berhitung, pengenalan tumbuhan, belajar bercerita, ataupun melakukan presentasi. Para murid di sekolah tersebut juga diperkenalkan dengan kegiatan outbound dan diajak mencintai alam sejak dini dengan peduli terhadap lingkungan.

Ditulis oleh: Ade Irwansyah (koresponden Media Indonesia)
Dimuat di Media Indonesia, 13 Juni 2008, rubrik Nusantara hal. 27

1 comment:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum wr. wb.

Bu' Miya, sy sgt terkesan dgn program ECOSAM di sekolah yg ibu pimpin. Hal yg patut menjadi contoh bg pengelolaan limbah & lingkungan baik bg sekolah-sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.

Kl blh nyumbang saran.
Produk pupuk yg dihasilkan sangat baik untuk diperkenalkan ke masyarakat. Sy sdh coba lho pupuk tsb, hasilnya tanaman sy jd subur & halaman rmh sy jadi hijau.

Melihat hasil dr pupuk tsb, kl dipromosikan ke masyarakat pasti laku keras. Kan bs jd sumber dana bg pembiayaan pendidikan SAM.

Ini hanya sekedar saran, brgkl bs jd masukan bg Bu' Miya.

Salam.
Pemerhati SAM